An engineer (soon to be), a dancer, a food enthusiast, an amateur food photographer, a traveller, a lover.

Wednesday, April 18, 2018

Gratis?

Iya. Itu salah satu terjemahannya. Namun bukan itu yang ingin aku bahas malam ini.

Malam ini aku ingin bercerita tentang terjemahan "free" yang lain, bebas.

Apa yang kalian lihat dari foto ini? Atau lebih tepatnya, apa yang kalian rasakan melalui foto ini?

DP Janur Handaru di Soundcloud
Before I answer my own question, I just wanna say that I'm not a gay who seek a guy in google in the middle of night. Of course I'm looking for my other friend (women), but somehow I look out all of my friend in corporate risk and end up with Janur.

Back in the topic, did you feel the same way that I feel? Because I feel so free when I look at that picture. It makes me miss my school life or university life with their no rules. *well, actually I miss my kribo hair*.

Now, it's not possible for me to make my hair kribo again. But if I can make that possible, is it still the same feel? I'm no longer as free as student when in university.

Well I hate this, I hate the fact that I'm 24 years old now. Because.. I just realize that as you grow up, there are so many rules and borders that you can break.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Ditulis setelah acara perpisahan Bu Tiwul di Eastern Opulence

Saturday, April 7, 2018

Di perjalanan kereta dari pasar senen-cimahi, gua membaca komik Shingeki no Kyojin chapter 103-104. Menurut gua keren, Hajime selalu bisa bikin plot2 yang ga bisa gua tebak. Tapi bukan itu yang pengen gua ceritain disini.

Kalo kalian pernah denger, kisah manusia pun ditulis di sebuah buku, namanya buku Lauh Mahfuz. Penulisan buku tersebut dah kelar. Jauh sebelum manusia diciptakan, karena apa? Ya karena Sang Pencipta harus buat sebuah cerita, yg seru. Dan kalo kalian pernah denger juga, "Allah tidak akan mengubah suatu kaum, sebelum kaum itu merubah nasibnya sendiri".

Oke. Gimana? Contradicting isn't it? Ibarat komik nih ye, komiknye dah kelar dibuat dan ga bakal disentuh2 lagi, karena tintanya dah abis. Cuma cukup buat selesein di satu skenario itu aja, ga bisa diapus. Nah, gimana ceritanya si tokoh dalam komik, ngerubah nasibnya coba? LOL. Kocak kan?

Gua pun jadi berpikir, di komik selalu ada tokoh protagonis sama antagonis. Nah sekarang, di kehidupan yg entah nyata atau tidak ini, lu di sisi mana? Di sisi antagonis kah? Yg dibenci sama orang dan dah ketahuan lu bakal end up mati mengenaskan atau lu di sisi sebaliknya. Sebagai tokoh protagonis yang baik,  dicintai oleh orang banyak dan kostumnya banyak dipake sama cosplayer.

Kadang, kita ngeliat scene dalam film/komik, si tokoh ini begitu gobloknya. Misal, penjahat dah di depan mata nih, dah tengkurep tak berdaya, si jagoan ga langsung nembak, tapi malah bacot2in si penjahat. Akhirnya dengan cara apa, si penjahat berhasil kabur (lagi). Ya, itu "cuma" adegan dalam film/komik, tapi jangan lupa, kita pun adegan dalam sebuah buku besar loh. Ada penonton di luar sana yang tertawa/kesel/geregetan melihat kebegoan kita akan suatu hal yang tak nampak bagi kita. Karena kita sebagai orang pertama, sedangkan para pembaca merupakan pihak ketiga.

Jadi, gua tanya sekali lagi. Gimana?

About Me

Seoramg penikmat anime yang kadang menulis hal-hal yang terdapat dalam pikiran.

Contact us

Name

Email *

Message *