An engineer (soon to be), a dancer, a food enthusiast, an amateur food photographer, a traveller, a lover.

Tuesday, July 7, 2015

Ikhlas?

Suatu kata yang sangat gampang diucapkan namun sangat sulit untuk dipraktekkan. Terlebih apabila hal tersebut bukan merupakan suatu kegiatan yang kita duga sebelumnya. Contohnya seperti ini, kamu memiliki handphone yang baru saja kamu beli kemarin siang, lalu saat kamu pergi makan, kamu lupa membawa kembali HP kamu yang ada di meja makan tersebut. Sorenya, kamu kembali lagi ke tempat makan itu untuk mendapati bahwa HP baru kamu sudah sirna. Kemudian teman kamu yang menemani kamu ke tempat makan tersebut berkata, "udah ikhlasin aja sob, ntar pasti diganti jadi yang lebih baik ko".

Mengesalkan kan?

Jadi malam ini saya baru saja makan di Iqbal Chinese Food, lokasinya di dalam lingkungan Krakatau Junction (orang-orang biasanya menyingkatnya KJ), Cilegon, Banten. Saya merasakan sedikit kekecewaan terhadap tempat makan ini. Harga yang ditawarkan sebenernya cukup mahal melihat bahwa sebenarnya tempat makan ini hanyalah sebuah food court biasa. Daftar menu bisa dilihat di:




Tadi malam saya memesan cumi saus tiram yang kemudian setelah sampai meja, baru diberitahu bahwa cumi sudah habis. Ini kekecewaan pertama. Jelas saja, karena saya memesannya persis di depan kasir. Kemudian saya mengganti dengan udang saus tiram. Saya memesan makanan tersebut disertai nasi putih, harganya 4000 (sudah saya tanyakan saat awal) dan teh tawar (gratis).

Setelah menunggu hampir sekitar 30 menit, akhirnya pesanan saya datang. Ini kekecewaan kedua, penyajian makanannya terlalu lama. Oke lanjut, saya melihat tampilannya lumayan menggiurkan. Namun ketika melihat isi dari makanan ini, saya memiliki kekecewaan lain, yaitu jumlah udangnya hanya 4 potong.



Haft. Mungkin saya yang kurang paham mengenai harga udang atau bagaimana. Namun sebagai mahasiswa yang terkadang lebih mengutamakan kuantitas daripada kualitas, hal ini membuat saya sedikit sakit hati. 

Setelah selesai makan, akhirnya saya membayar di kasir. Dan tebak jumlah yang harus saya bayar, 24.000. Harganya tetiba naik 3rb dari perkiraan saya *n.b. kalau tidak percaya lihat saja daftar menu, udang saus tiram harusnya 17rb* lalu di bon si ibu mencatat seharga 20rb. Jelas saya tidak terima. Walaupun "cuma" beda 3rb tapi hak saya sebagai konsumen yang berhak tau tentang harga makanan yang real dirampas begitu saja. Si ibu ini berkata bahwa memang ada pergantian harga, si ibu bilang bahwa pergantian harga tersebut ada di daftar menu lain, tapi saya lihat di menu-menu lain tidak ada perubahan harga. Jadi saya berpikir ini hanya akal-akalan dari si ibu untuk merampas duit mahasiswa yang tiris ini.

Saya sudah berusaha menasehati si ibu agar harga menu diperbarui jika memang benar harga tersebut dinaikkan (tidak akal-akalan saja) dan respon dari si ibu sungguh tidak mengenakkan. Kemudian karena saya tidak bisa berpikir lagi, saya pulang dan kemudian di jalan baru terpikir seharusnya saya berusaha lebih keras lagi mendapatkan hak saya yang 3rb itu. Toh saya benar. Kalau si ibu tidak mau, saya akan ancam membeberkan bahwa si ibu itu PENIPU di hadapan para konsumennya yang saat itu sedang makan, agar mereka tercerdaskan. Namun apa daya, saat itu saya tidak bisa berpikir jernih. Jadi yang bisa saya lakukan sekarang ialah memeringati agar teman-teman tidak tertipu BILA ingin memesan makanan di sini.

Kemudian, apa yang saya harapkan tentang uang 3rb ini? Sebenarnya ini bukan masalah nominal, melainkan masalah kejujuran, saya merasa ditipu oleh si penjual makanan ini. Padahal jika dari awal memang ada perubahan harga, saya tidak akan masalah untuk membayar harga segitu.

-----------------------------------------------

Ikhlas.
Sebuah kata yang mudah dan sering diucapkan, namun sangat sulit untuk dipraktekkan.

1 comment:

About Me

Seoramg penikmat anime yang kadang menulis hal-hal yang terdapat dalam pikiran.

Contact us

Name

Email *

Message *