An engineer (soon to be), a dancer, a food enthusiast, an amateur food photographer, a traveller, a lover.

Tuesday, November 20, 2018

Menulis tentang waktu, seakan kita memilikinya.
Berjalan bersama waktu, seakan ia mau.
Kadang waktu berjalan lambat, bagi mereka yang menunggu.
Kadang waktu pun berjalan lebih cepat, bagi mereka yang melaju.

Waktu
Suatu entitas, suatu mata uang
Adalah satu entitas paling adil yg bisa didapat oleh setiap manusia
Karena hidup memang sejatinya tidak adil
Waktu memberimu 24 jam setiap hari

Bagiku kini waktu berjalan lambat
24 jam terasa seperti berminggu minggu
Waktu berjalan lambat bagiku
Karena aku termasuk orang yang menunggu.

Tuesday, November 13, 2018

Sungai depan Gedung BKPM, 13 November 2018

Gua baru aja nyampe rumah. Dan gua baru mendapatkan kejadian yang membuat gua lebih banyak bersabar dan beramal lebih. Kejadiannya begini.

Jam 18.15 kira2 gua baru turun dari ruangan gua di lantai 14. Ga lama dari keluar kantor, tetiba gua mendapat panggilan telpon, ya, siapa lagi kalo bukan intan. Gua ga ngerti maksud dari tujuan nelpon doi apa, sampe lama banget, sampe gua bahkan ke jalan raya, baru ngerti kalo misalnya message whatsapp doi didelete, kenapa gua ga nanya. Oke, jadi kejadiannya gini, gua ga buka hape, buka wasap pun di komputer kantor, yang mana pada saat itu gua langsung close2in semua aplikasi gara2 dah mau pulang. Jadilah gua ga sempet buat ngeliat messagenya apa dan bahkan ga sempet untuk bertanya, "kenapa diapus?".

Obrolan berjalan cukup seru, walaupun sebenarnya pengen cepat2 gua akhiri, karena memang keadaan tak mendukung, gua ga make headset dan itu lagi di jalan bos. Banyak kejadian2 yang akan terjadi kalo gua telponan di jalanan. Dan ternyata terjadilah, gua tersandung jalan setapak, yang kebetulan samping gua adalah sungai, part ngeselinnya adalah hape itu loncat dulu bgsd ketika nyentuh tanah, dan lompatnya ke arah sungai. Kan bang*ke ya. Gua tadinya dah berniat untuk terjun ke sungai, bodo amat dah dengan segala kebasahan yang ada. Tapi tu gua mikir, anjir ini gimana cara gua turunnya, trus sungainya sedalem apa, trus itu ada kabel PLN bertuliskan "awas tegangan tinggi" pula. Anj*nglah kalo gini gimana cara lagi selain me-yaudah-kan?! Gua bahkan tadinya dah berniat ikhlas, jalan naik jembatan penyebrangan, sampe balik lagi ke sungai untuk ngecek itu hape beneran jatoh ke sungai atau cuma nyangkut2 doank di besi2. Yg ada hasilnya nihil men. Gelap juga soalnya.

Kalo kayak gini kan jadinya gua berandai-andai, andaikan jatuhnya ga ke sungai melainkan ke jalan, andaikan gua ga jatuh, andaikan gua ga megang hape, andaikan gua ga nelpon, andaikan nelponnya langsung to the point, andaikan gua tetep komitmen ga ngobrol sampe akhir bulan. Pasti hal ini ga akan terjadi kan?

Shit lah, kenapa harus ngeluarin ongkos mulu sih. Ga bisa nikmatin uang nganggur dikit apa ya gua. Itu hape baru 6 bulan apa ya paling. Ga nyampe kali. Gua beli sekitar bulan puasa mendekati lebaran *pertimbangannya gara2 dapet THR*. Ya Allah.. Apa salah hamba?

Wednesday, November 7, 2018

Hampa - Ari Lasso

"Entah dimana dirimu berada
Hampa terasa hidupku tanpa dirimu
Apakah disana kau rindukan aku
Seperti diriku yang selalu merindukanmu
Selalu merindukanmu"

Pernahkan kamu merasa bahwa kamu telah membuat sebuah lubang dalam hati secara sengaja maupun tidak sengaja? Kalo aku? Aku pernah, beberapa kali. Contohnya disini.

Sebuah kehampaan, kosong, tak berisi. Mencoba menipu diri dengan bermain hp, tak berdampak banyak. Menyibukkan diri merupakan salah satu langkah mengatasi kekosongan, namun bukan itu solusinya. Aku tak tahu, kebiasaan telah menghadirkan kenyamanan, memberi makna ke dalam hati.

Aku ingin segera usai, namun aku takut kejadian yang sama akan terulang kembali. Pelajaran kadang dibutuhkan, untuk menambah pengetahuan, untuk menambah pengalaman. Pengalaman kosong, tak berisi, tak bermakna. Aku berharap akhir dari semua ini, kita sudah sama-sama tahu, bahwa kehampaan tidaklah menyenangkan, pun dengan ketidakjujuran.

About Me

Seoramg penikmat anime yang kadang menulis hal-hal yang terdapat dalam pikiran.

Contact us

Name

Email *

Message *